Mengapa Kita Tidak Dapat Memetik Manfaat Al-Qur'an?


Sebagai seorang muslim sudah terlalu banyak mungkin para ustadz, kyai, habib atau lainnya yang mengingatkan bagaimana al-Qur'an memberi pengaruh luar biasa kepada muslim generasi awal dan bahkan juga kepada kam musyrik Mekkah. 
Pertanyaannya sekarang adalah kenapa hal yang sama tidak terjadi kepada kita?


"Kita bahkan tak mampu menyebut al-Qur'an seperti yang dikatakan Walid biin Mughirah, "Ia begitu manis, begitu indah. Isinya melimpah, permukaannya berbuah-buah. Ia tinggi tak tertandingi."

Padahal, al-Qur'an kita sekarang tidak berbeda dengan al-Qur'an mereka dahulu. Perangkat yang kita miliki -yaitu mata, mulut, telinga dan hati- pun sama dengan yang mereka gunakan dulu untuk mendulang manfaat al-Qur'an hingga mereka menjadi generasi yang gemilang. Bahkan, dengan mudahnya mengakses al-Qur'an di berbagai tempat dan media sekarang ini, peluang kita untuk mengapresiasi al-Qur'an secara lebih dalam dan memetik manfaat secara lebih optimal jauh lebih terbuka dibandingkan dengan mereka.

Tetapi, hal itu tidak terjadi? Kenapa al-Qur'an tak memberi pengaruh kepada kita, paling tidak seperti yang kaum musyrik Mekkah dulu dapatkan?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita simak terlebih dahulu penuturan almarhum Hasan al-Banna berikut ini:

"Ketika al-Qur'an diturunkan, lalu Nabi membacakannya, bangsa Arab seolah tersihir. Mereka merasakan pengaruh luar biasa di lubuk hati mereka. Dalam sekejap, Allah melepaskan dengan bangsa ini dari kejahiliahan dan mengubahkan dengan wajah sama sekali baru: Islam."

Tidak ada perbedaan pengaruh yang diberikan al-Qur'an baik kepada orang-orang mukmin maupun orang-orang musyrik. Hanya saja, bagi orang musyrik, pengaruh itu hadir secara sepintas dan ditanggapi secara negatif. Mereka saling bertanya, "Janganlah kau simak al-Qur'an ini. Buatlah kegaduhan terhadapnya supaya kalian dapat mengalahkan (bacaan al-Qur'an Nabi sehingga ia menghentikannya)." (Qs Fushshilat: 26)

Berbeda dengan orang mukmin yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang paling di antaranya (al-Qur'an). Merekalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal dan hati. (Qs Az-Zumar: 18)

Bagi orang mukmin, pengaruh al-Qur'an selalu bersifat positif, menggugah untuk berubah, serta mendorong mereka untuk berperilaku baik dan berkarakter terpuji.

"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu al-Qur'an yang memiliki kesamaan (dalam mutu ayat-ayatnya) dan berulang-ulang (penyebutan isinya agar memiliki pengaruh yang kuat). Gemetar karenanya tubuh orang-orang yang takut kepada Tuhan, dan menjadi tenang tubuh dan hati mereka saat mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah. Dengan kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya." (Qs Az-Zumar: 18)

Saudaraku, saat ini ke manapun telinga kita mengarah, kita menangkap lantunan ayat-ayat al-Qur'an. Tetapi, apakah itu membuat jiwa kita berubah? Membuat akhlak kita berpijak di atas etika al-Qur'an? Membuat hati kita terpengaruh seperti yang terjadi pada generasi awal dulu?

Ternyata tidak! Sejauh ini kita membaca al-Qur'an tanpa penghayatan. Mulut mengucap, tetapi hati berpaling. Hanya mengulang-ulang kalimat. Lagu-lagu al-Qur'an semakin banyak. Hanya itu. Tak lebih! Seperti ada jarak antara diri kita dengan ruh al-Qur'an. Kita tidak bisa menjadi citra yang pengaruh oleh al-Qur'an dan berubah menjadi lebih baik karenanya.

Wallahu A'lam Bish-Showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan pesan, komentar dan masukan Anda sesuai etika & kesopanan yang berlaku