Mengurai Makna Isra Mi'raj Dari Perspektif Kajian Ilmiah


HIkmah Isro Mi'roj bagi Hafizh Qur'an
Peristiwa ISRA' dan MI'RAJ merupakan kejadian spektakuler yang terjadi pada sejarah umat Islam. Khususnya yang dialami langsung oleh rasul dan nabi pamungkas umat akhir zaman, Rasulullah Saw, Peristiwa ini terjadi pada bulan Rajab, terlepas dari perbedaan tanggalnya. Namun secara umum selalu diperingati pada tanggal 27 Rajab setiap tahunnya.

        Meski demikian, kita jangan hanya menganggapnya sebagai kisah semata, tapi juga harus dijadikan pelajaran sekaligus pemicu amal. Sebagai kisah, cukuplah kita mendapatkan informasi yang dibawa oleh Al-Qur'an al-Karim. Allah berfirman yang artinya:

"Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi agarKami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami/ Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Qs Al-Isra: 1).


ISRA MI'RAJ MENURUT TINJAUAN FALSAFAH HISTORIS 

        Ayat pada surah al-Isra: 1 di atas mengandung keterangan mengenai Isra' (perjalanan di malam hari). Di antara makna yang terkandung di dalamnya adalah ayat ini menyebut Masjidil Aqsha, padahal bila ditinjau dari definisi masjid saat itu, ia belum merupakan sebuah masjid, melainkan sekedar tempat ibadah. Sebutan masjid yang digunakan Allah dapat menjadi pemicu bagi umat Islam untuk masjid ini, menguasai tanah yang diberkahi ini, memperjuangankan dan menjaganya, jangan sampai lepas dari tangan umat Islam, kapanpun dan dari penodaan siapapun. Ini juga merupakan isyarat bahwa ia kelak akan menjadi masjid dan ia akan tetap demikian, sekalipun orang-orang kafir membencinya. 

        Seorang Mufti Akbar kebangsaan Mesir telah beberapa kali mempertaruhkan darahnya agar Masjidil Aqsha ini tetap merupakan masjid. Orang-orang Yahudi pernah menawari beliau tebusan sebesar satu juta pound agar memberikan konsesi dengan menyerahkan tiga belas meter tanah di Masjidil Aqsha. Beliau menjawab dengan keimanan mendalam dengan mengatakan, 

"Demi Allah, andaikata kalian mampu mengumpulkan seluruh harta orang-orang Yahudi di dunia, niscaya aku tidak akan menyerahkan kepada kalian walau hanya setengah meter."

Masya Allah..Allahu Akbar 

        Dengan hadirnya orang-orang semacam Mufti Akbar ini nyata bagi seluruh umat Islam se-dunia bahwa peristiwa Isra dan realita tanah suci kedua ini menjadi salah satu mukjizat Islam dan sebab terjaganya Masjidil Aqsha dari rayuan bangsa Yahudi dan sekutu-sekutunya.

Sebagaimana telah disinggung tentang peristiwa Isra, Allah juga telah menyinggung Mi'raj, di dalam firman-Nya:

"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (Yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." (Qs An-Najm: 13-18)

 ISRA MI'RAJ DALAM PERSPEKTIF KAJIAN ILMIAH

Yang penting kita perhatikan tentang Isra dan Mi'raj (naik ke langit) ini adalah banyak orang yang menganggap bahwa peristiwa spektakuler ini bertentangan dengan hukum-hukum alam, karena perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak seperti ini merupakan hal yang mustahil berdasarkan kebiasaan.

        Bahkan anggapan mereka ini tidak hanya terbatas pada hal ini, bahkan lebih dari itu. Mereka berkata, "Beliau dinaikkan ke langit, lantas bagaimana beliau bernafas?" Sebagian besar ilmuan menyoroti peristiwa ini dengan sudut pandang ilmu mereka. Wajar saja sampai saat ini mereka masih ragu terhadap peristiwa ini. Bahkan penulis memandang, ke depan kisah menyejarah ini akan dijadikan sebagai instrumen tasywih (peragu-raguan) terhadap mukjizat mahadahsyat ini. Mengapa? Bisa jadi karena sekali saja propaganda tasywih ini sukses dihembuskan ke telinga umat Islam, maka itu akan membuyarkan akidah umat Islam terhadap ajaran Rasulullah yang lain. Yang berarti umat akan ragu terhadap agamanya. Demikian seterusnya.

        Para salaf sholeh kita dahulu mempunyai jawaban atas pertanyaan di atas. Dan jawaban mereka tetap saja yaitu, "Sesungguhnya peristiwa ini adalah mukjizat yang berlangsung di luat kebiasaan. Kekuasaan Allah swt bisa mewujudkan hal-hal semacam itu dan itu merupakan sunnah-sunnah yang dikenal di kalangan orang-orang yang beriman."    

"Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kalian (berbuat durhaka) terhadap Tuhan kalian Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kalian lalu menyempurnakan kejadian kalian dan menjadikan (susunan tubuh) kalian seimbang. Dalam bentu apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh kalian." (Qs Al-Infithar: 6-8).
        Bahkan kita katakan kepada orang-orang yang ragu tersebut, "Mari berpikir sejenak! Apakah kalian telah mengetahui seluruh hukum yang berlaku di alam semesta? Anda sendiri mengakui di alam semesta dan tidak mengetahui seluruh kekuasan yang tersimpan di alam semesta dan tidak mengetahui secara menyeluruh tentang hukum-hukum alam. Karena itu, anggap saja ini sebagai suatu hal yang belum anda ketahui ilmunya dan belum sampai kepada akal pikiran Anda. "Dan tidaklah kalian diberi pengetahun melainkan sedikit." ( Qs Al-Isra: 85).

        Andaikata Anda memperhatikan sejarah penemuan-penemuan ilmiah, niscaya Anda ingat bagaimana setiap penemuan disikapi dengan penolakan dan pengingkaran. Kemudian akal manusia tunduk mengikuti hukum realitas setelah sebelumnya meningingari dan menolak. Kita juga katakan kepada mereka, 

"Ilmu empirik yang Anda andalkan telah membuktikan bahwa kekuatan psikis bisa mempengaruhi jasad fisik, sehingga bisa memindahkan dari satu tempat ke tempat lain dan mengangkatnya dari permukaan tanah. Jika manusia dengan kekuatan psikisnya saja mampu melakukan keajaiban-keajaiban itu, maka mustahilkah bagi Allah untuk memberikan kekuatan jiwa kepada Nabi-Nya, yang menguasai badan beliau yang mulia, sehingga badan tersebut berubah menjadi ruh murni, dan badan ruhani ini menembus materi tersebut, karena ia telah keluar dari ruang lingkup materi kepada ruang lingkup ruhani?!"
        Semoga Allah merahmati As-Syauqi yang mengatakan: 

"Dengan keduanya beliau diisra'kan, nyawa, rohani dan cahaya."


HIKMAH TERSEMBUNYI DI BALIK ISRA' DAN MI'RAJ 

Pertama: Dibukakannya Kerajaan Langit dan Bumi kepada Rasulullah, Saw. 

Para ulama salaf berkata, "Allah berkehendak untuk memuliakan Nabi-Nya Saw, karena itu Allah memanggil beliau dan membukakan di hadapannya kerajaan langit dan bumi."

"Jika Sang Raja dari semua raja memberi

                Jangan sekali-kali bertanya tentang sebabnya."

       Jadi, Isra Mi'raj merupakan keharusan demi pembentukan syakhsiyah (personality) beliau Saw. Karena Allah telah mengutus beliau sebagai penghulu bagi seluruh orang yang beriman dan guru dari semua guru. Allah telah menjadikan beliau sebagai mata air jernih dan pemancar cahaya, yaitu cahaya ilmu dan petunjuk, untuk segenap makhluk. Beliau adalah dinamo yang akan memberikan energi untuk dunia secara keseluruhan, maka harus diisi dengan sebanyak mungkin ilmu dan iman. Sedangkan ilmu dan iman yang paling kuat adalah apabila muncul dari kesaksian. Karena itu Allah memperlihatkan kepada beliau kerajaan langit dan bumi, agar beliau termasuk golongan orang-orang yang yakin, sehingga iman beliau adalah iman berdasarkan kesaksian dan ilmi beliau adalah ilmu yang berdasarkan keyakinan pula.

"Dan karena Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu." (Qs An-Nisa: 113)

         Jika Allah telah memperlihatkan kerajaan langit dan bumi kepada Ibrahim, maka Allah pun memperlihatkan kepada nabi-Nya kerajaan langit dan bumi tersebut, agar beliau menjadi yakin ainil yakin, dengan bentuk yang lebih nyata dan lebih sempurna daripada yang dilihat oleh Ibrahim. Karena beliau adalah penutup para nabi dan sumber petunjuk bagi seluruh manusia. 

"Mahasuci Allah yang telah menurunkan bagi seluruh manusia kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam." (Qs Al-Furqon: 1).


Kedua: Kewajiban Shalat. 

Ini sebagai pernyataan mengenai keagungan kedudukan shalat. Allah swt hendak menyadarkan beliau mengenai ketinggian nilai shalat, karena itu Allah memerintahkannya langsung dari langit, agar menjadi pemakluman mengenai kuat dan agungnya keutamaan kewajiban ini dan agar manusia melihat ketinggian nilainya. Barangsiapa yang telah menegakkan kewajiban ini, berarti ia telah menegakkan agama.

Ketiga: Sebagai Pelajaran Berharga (Ibrah Tsaminah)

       Seolah-olah Allah mengatakan kepada umat Rasulullah ini, "Wahai umat Islam, yang Nabinya dikehendaki oleh Allah untuk menyaksikan semua alam ini sebagai penghormatan baginya, janganlah kalian menjadi ekor bagi umat lain, jangan menerima kehinaan, tetapi hendaklah kalian merasa tinggi, dan janganlah kalian berprasangka bahwa meneladani Nabi Saw itu hanya untuk satu aspek dengan mengabaikan aspek yang lainnya. Tetapi meneladani beliau harus dalam seluruh aspek. "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasul Allah itu suri teladan yang baik bagimu." (Qs Al-Ahzab: 21)

        Dan tentu masih banyak lagi berbagai pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Isra Mi'raj ini, mengingat setiap tahun kita memperingatinya dengan momentum perubahan zaman dan realita yang berkembang hingga detik ini.

        Kita hanya memohon kepada Allah agar mengembalikan kemuliaan dan kejayaan umat ini, karena Dia adalah semulia-mulia Dzat yang dimohon dan seutama-utama Dzat yang diminta. Aamiin


Wallahu A'lam Bish-Showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan pesan, komentar dan masukan Anda sesuai etika & kesopanan yang berlaku