Kepemimpinan Profhetic atau kepemimpinan para nabi secara umum merupakan bentuk kepemimpinan terbaik dalam pentas sejarah kehidupan manusia. Dengan misi risalah kenabian, para nabi dan rasul mengemban amanah menyampaikan risalah ilahi kepada segenap umat manusia. Sejak zaman nabi Adam sampai penghulu para utusan Allah yang ditandai dengan diutusnya Rasulullah Saw untuk segenap manusia setelah itu.
Dalam menyampaikan misi risalahnya, nabi yang kemudian menjadi muara diutusnya nabi dan rasul setelahnya adalah nabiyyulah Ibrahim as. Allah mengutus nabi Ibrahim menjadi rasul kedua setelah nabi Nuh as yang selanjutnya tiga ajaran samawi berkiblat secara tauhid dan ajaran monoteisme kepada Nabi Ibrahim. Ketiga agama itu adalah Yahudi, Nasrani dan Islam. Karena itu, dalam konteks segala kehidupan Ibrahim telah mencontohkan apa yang dinamakan dengan konsep kepemimpinan. Ia telah menjadi teladan dalam segala hal yang berkaitan dengan interaksi dan muamalahnya dengan lapisan manusia.
Hal ini dapat kita buka kembali lembaran sejarahnya yang demikian panjang mulai dari rute kota Ur(k) di Babilonia, Haran (kawasan yang Asia Tengah, Turki), Palestina, Mesir hingga Hijaz (Jazirah Arab). Setelah Allah memerintahkan Ibrahm hijrah dari kota Babilonia, sudah barang tentu Ibrahim menjumpai dengan lapisan masyarakat di masing-masing daerah tersebut di atas. Baik, bahasa, suku, ras, adat-istiadat, kebudayaan dan tentu saja keyakinannya tentang ketuhanan. Dengan begitu, Ibrahim banyak bersentuhan dengan lingkungan sosial hijrahnya. Sebagai seorang abul anbiya (moyang para nabi dan rasul) Ibrahim memiliki sejumlah keistimewaan yang Allah berikan. Entah itu pada keyakinannya sehingga ia dijuluki sebagai abul anbiya, berkeyakinan hanif, muslim dan tidak berlaku syirik kepada Allah, interaksi sosialnya, gaya kepemimpinan dan keteladanannya, muamalahnya dengan raja-raja besar seperti Namrudz (penguasa kerajaan Babilonia), Raja Mesir, dan lain sebagainya.
Secara otomatis kehidupan Ibrahim yang penuh dengan destinasi pengembaraan yang panjang itu telah membentuk dirinya menjadi teladan bagi umat Islam saat ini. Tentunya karakter kepemimpinan yang membentuk dirinya menjadi seorang pilihan Allah swt dalam menyebarkan dakwah Allah ke seluruh pelosok negeri di bumi Syam dan Jazirah Arabiyah. Sebagai umat Islam kita dianggap lebih berhak meneladani segala aspek yang ada pada sosok nabi Ibrahim sebagai role model di samping Rasulullah Saw tentunya daripada kaum Yahudi maupun Nasrani. Mengapa? Karena kita metauhidkan Allah dan terus berada di atas ajaran Ibrahim yang lurus serta tidak menyimpang darinya. Sementara kaum Yahudi dan Nasrani tidak.
Selain juga tanda-tanda performance lain yang ada pada diri Rasulullah, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih bahwa pembawaan yang ada pada diri Rasulullah Saw persis dengan apa yang ada pada sosok Ibrahim. Hingga fisik beliau disifatkan mirip dengan fisik nabi Ibrahim as. Umat Islam lebih berhak mengklaim sebagai umat yang menjadikan Ibrahim sebagai qudwah dan teladan untuk menapaki kehidupan di zaman modern ini.
Aspek kepemimpinan apa saja yang dapat diteladani umat Islam dari sosok nabiyyullah Ibrahim as? Sidang pembaca dapat membaca pada penelitian tafsir di SINI. Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Salaam
terima kasih penelitiannya
BalasHapus